Kebangkitan Kesenian Reog Ponorogo di Masa LESBUMI di Bawah Kepemimpinan Mbah Kiai Mujab Thohir dan Mbah Tobron



Pengantar: Reog Ponorogo dan Masa Kelam Politik di Indonesia
Reog Ponorogo, sebagai salah satu kesenian tradisional yang terkenal di Indonesia, pernah mengalami masa-masa sulit dan “mati suri” akibat peristiwa politik yang mengguncang negeri ini pada tahun 1965, yakni pemberontakan G30S/PKI. Di masa tersebut, seni Reog yang kaya akan nilai budaya sempat terhenti, terutama karena pengaruh politik sayap kiri yang menggunakan seni sebagai media propaganda. Namun, dalam kondisi itu, muncul sosok Mbah Kiai Mujab Thohir dan Mbah Tobron, tokoh yang dengan gigih menghidupkan kembali kesenian Reog melalui nilai-nilai Islam.

Lesbumi dan Peranannya dalam Kesenian dan Budaya di Ponorogo
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI) adalah lembaga di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang berfokus pada pembinaan seni dan budaya Islami. LESBUMI memainkan peran penting dalam menjaga dan melestarikan berbagai seni tradisional di Indonesia, termasuk Reog Ponorogo. Di masa kepemimpinan Mbah Kiai Mujab Thohir, LESBUMI PCNU Ponorogo menjadi motor penggerak dalam menghidupkan kembali seni Reog dengan sentuhan Islami, setelah terhenti akibat situasi politik di era 1960-an.

Sosok Mbah Kiai Mujab Thohir dan Mbah Tobron: Pahlawan Kebangkitan Reog
Mbah Kiai Mujab Thohir dan Mbah Tobron adalah tokoh penting di balik kebangkitan Reog Ponorogo. Kedua tokoh ini dikenal sebagai ulama dan seniman yang memiliki dedikasi tinggi untuk melestarikan budaya Ponorogo. Dengan tekad yang kuat, mereka membangkitkan kembali Reog dengan menambahkan makna-makna Islami di dalamnya, sehingga seni tradisional ini tidak hanya sekadar tontonan, tetapi juga membawa pesan moral dan dakwah.

Dampak Peristiwa G30S/PKI pada Seni Reog Ponorogo
Pada masa pemberontakan G30S/PKI, seni Reog Ponorogo mengalami penurunan drastis karena dianggap dekat dengan elemen-elemen politik yang berafiliasi pada sayap kiri. Banyak seniman Reog yang berhenti berkarya karena khawatir akan dampak dari situasi politik tersebut. Seni Reog hampir kehilangan eksistensinya di Ponorogo hingga akhirnya LESBUMI di bawah pimpinan Mbah Kiai Mujab Thohir mengupayakan kebangkitan kembali Reog yang lebih murni dan sarat dengan nilai-nilai agama.

Makna dan Filosofi Islam dalam Kesenian Reog
Reog Ponorogo yang bangkit di tangan Mbah Kiai Mujab Thohir membawa sentuhan baru dengan filosofi Islami. Setiap elemen dalam seni Reog, mulai dari gerakan, musik, hingga kostum, diinterpretasikan ulang dengan makna-makna yang berakar pada ajaran Islam. Misalnya, sosok warok yang dikenal kuat dan berani dilihat sebagai simbol dari kesetiaan pada kebenaran dan keadilan, sesuai dengan prinsip Islam.

Kebangkitan Reog: Strategi Mbah Kiai Mujab Thohir dalam Menghidupkan Kembali Seni yang “Mati Suri”
Kebangkitan Reog Ponorogo di tangan Mbah Kiai Mujab Thohir bukanlah hal yang mudah. Beliau dengan bijak melakukan pendekatan dengan masyarakat dan tokoh-tokoh agama lainnya untuk membangkitkan kembali semangat seni Reog tanpa mengesampingkan aspek religius. Beliau mengajak para seniman Reog yang masih ada untuk berkumpul dan mendiskusikan bagaimana seni ini bisa kembali hidup tanpa mencederai nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat Ponorogo.

Peran Nilai-Nilai Islam dalam Reog Ponorogo yang Baru
Reog yang baru ini berbeda dari sebelumnya karena membawa nilai-nilai Islam yang lebih kental. Mbah Kiai Mujab Thohir berusaha memasukkan ajaran-ajaran moral dan etika Islam dalam setiap pertunjukan Reog. Misalnya, penekanan pada sikap saling menghargai, kejujuran, dan keberanian yang sejalan dengan ajaran Islam. Dengan demikian, Reog tidak hanya menjadi seni yang menghibur, tetapi juga menjadi alat dakwah yang menyampaikan pesan-pesan kebaikan.

Kesadaran Masyarakat Ponorogo Akan Identitas Budaya yang Hilang
Setelah masa-masa sulit itu, masyarakat Ponorogo mulai menyadari bahwa Reog adalah bagian dari identitas mereka yang tidak boleh hilang. Kesadaran ini membuat mereka lebih terbuka terhadap upaya Mbah Kiai Mujab Thohir dan Mbah Tobron untuk menghidupkan kembali seni Reog. Dukungan dari masyarakat Ponorogo pun semakin besar seiring dengan kebangkitan seni Reog yang membawa nilai-nilai positif.

Filosofi Kebaikan dan Keberanian dalam Kesenian Reog
Dalam kebangkitan Reog yang dipimpin oleh LESBUMI, filosofi kebaikan dan keberanian menjadi tema utama. Sosok warok dan singo barong, dua elemen utama dalam Reog Ponorogo, diinterpretasikan sebagai lambang keberanian untuk membela kebenaran dan kebaikan dalam kehidupan. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip Islam yang selalu mendorong umatnya untuk menjunjung tinggi kebenaran dan kebaikan.

Kejayaan Reog di Bawah Bimbingan LESBUMI PCNU Ponorogo
Di bawah kepemimpinan Mbah Kiai e learning iain ponorogo Mujab Thohir, LESBUMI PCNU Ponorogo berhasil mengembalikan kejayaan Reog yang sempat “mati suri.” Kegiatan latihan dan pertunjukan Reog kembali dihidupkan, bahkan mulai dikenal hingga ke luar Ponorogo. Nama Reog Ponorogo kembali berkibar sebagai salah satu kesenian yang tidak hanya mempertontonkan keindahan, tetapi juga sarat makna dan filosofi.

Dukungan dan Sambutan Masyarakat Terhadap Reog yang Islami
Reog yang kembali bangkit dengan nilai-nilai Islam mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat Ponorogo. Mereka melihat bahwa seni ini kini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga membawa nilai-nilai moral yang sesuai dengan ajaran agama. Dukungan masyarakat ini menjadi kekuatan bagi LESBUMI dan para seniman untuk terus mengembangkan Reog sebagai warisan budaya yang penuh makna.

Reog Sebagai Media Dakwah dan Pendidikan Moral di Masa Itu
Reog Ponorogo di bawah bimbingan LESBUMI tidak hanya menjadi media hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai media dakwah. Nilai-nilai Islam yang disisipkan dalam setiap pertunjukan menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan pesan moral dan etika kepada masyarakat. Reog menjadi sarana pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan keberanian, sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam.

Dampak Kebangkitan Reog terhadap Seni dan Budaya Ponorogo Saat Ini
Kebangkitan Reog Ponorogo di masa kepemimpinan Mbah Kiai Mujab Thohir dan Mbah Tobron memiliki dampak yang signifikan terhadap keberlanjutan seni dan budaya di Ponorogo hingga saat ini. Keberhasilan mereka dalam menghidupkan kembali Reog dengan sentuhan Islami menciptakan warisan budaya yang kuat, yang kini dilanjutkan oleh generasi muda NU di Ponorogo.

Pengaruh Mbah Kiai Mujab Thohir terhadap Generasi Muda NU
Pengaruh Mbah Kiai Mujab Thohir terhadap generasi muda NU tidak hanya terbatas pada kebangkitan Reog, tetapi juga menyentuh aspek keagamaan dan kebudayaan secara luas. Beliau memberikan teladan bagaimana seorang ulama dapat berperan aktif dalam menjaga seni dan budaya lokal sebagai bentuk dakwah. Nilai-nilai yang beliau tanamkan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mencintai budaya sendiri.

Kesimpulan dan Warisan Budaya dari Kebangkitan Reog Ponorogo
Kebangkitan Reog Ponorogo di masa kepemimpinan Mbah Kiai Mujab Thohir dan Mbah Tobron merupakan bukti bahwa seni dan budaya dapat dihidupkan kembali dengan semangat dan dedikasi yang kuat. Melalui LESBUMI, keduanya berhasil mengembalikan kejayaan Reog sebagai seni yang tidak hanya kaya akan nilai tradisi, tetapi juga sarat dengan makna dan filosofi Islam. Warisan budaya ini menjadi kebanggaan masyarakat Ponorogo dan terus dilestarikan hingga kini, menjadi bukti bahwa seni tradisional dapat bersanding dengan nilai-nilai agama dalam harmoni yang indah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *